Loading...

Berkolaborasi dengan Kemkominfo RI dan DPP Gradasi, FKIP UNS Gelar Kuliah Praktisi Pembelajaran Daring Berbasis Metaverse

by adminGradasi

-

9 November 2024

-

Teknologi

-

Pendidikan

-

Informasi

FKIP – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mengadakan Kuliah Praktisi Pembelajaran Daring Berbasis Metaverse pada hari Senin, 19 Februari 2024, secara daring melalui Zoom Meeting. Acara ini merupakan hasil kerja sama dengan Direktur Pemberdayaan Informatika, Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika (Dirjen Aptika) Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemkominfo RI), serta Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Generasi Digital Indonesia (Gradasi).

Kuliah praktisi ini diadakan oleh tiga program studi (prodi) yang ada di Kampus IV FKIP UNS. Program studi tersebut meliputi S-1 Teknologi Pendidikan (TP), Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Surakarta, dan S-1 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG PAUD).

Dalam sambutannya, Dr. Eka Budhi Santosa, M.Pd., selaku Kepala Prodi S-1 TP FKIP UNS, menyatakan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari rangkaian perayaan Dies Natalis UNS ke-48 yang diadakan oleh FKIP UNS dan termasuk dalam acara Semar Fest 2024. Semar Fest adalah kependekan dari Sebelas Maret Festival, yang diselenggarakan setiap tahun untuk memperingati hari jadi UNS.

Kuliah praktisi ini dibuka secara resmi oleh Dekan FKIP UNS, Prof. Dr. Mardiyana, M.Si. Ia mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan wujud nyata dari penandatanganan perjanjian kerja sama Tri Dharma Perguruan Tinggi antara FKIP UNS dan Gradasi. Ia berharap kuliah praktisi ini dapat mempersiapkan para peserta untuk memahami perkembangan teknologi dan digital dalam dunia kerja.

“Dalam era sekarang, kemajuan teknologi dan digital diharapkan dapat diterapkan dalam semua aspek kehidupan. Khususnya dalam bidang pendidikan, harapannya adalah membantu civitas akademika dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan adanya kuliah praktisi ini, diharapkan para peserta dapat memahami bagaimana dinamika kemajuan teknologi dan digital tersebut di dunia kerja,” harap Prof. Mardiyana.

Acara ini menghadirkan tiga praktisi di bidang pembelajaran daring berbasis metaverse. Praktisi pertama adalah M. Hertiyadi Alfaqy, Ketua DPD Gradasi DKI Jakarta dan CEO PT Ide Kreatif Nusantara. Ia membawakan materi berjudul “Beyond Virtual Learning” yang membahas skenario dalam pendidikan metaverse.

“Industri pendidikan secara umum melibatkan tiga elemen, yaitu guru, siswa, dan lingkungan belajar. Dalam skenario pendidikan metaverse, siswa dapat berinteraksi dengan lingkungan mereka, berkolaborasi dengan teman sekelas, dan terlibat dalam aktivitas pembelajaran berbasis pengalaman. Misalnya, mereka bisa menjelajahi bangunan bersejarah, mengunjungi negara asing, atau berpartisipasi dalam simulasi eksperimen yang tidak mungkin dilakukan di dunia fisik,” jelas Alfaqy.

Praktisi kedua adalah Fitri Hardiyanti, pendiri Amiga. Ia menyampaikan materi berjudul “Pemanfaatan AI dalam Pembelajaran”, di mana ia menjelaskan bahwa pemanfaatan AI dalam pendidikan membuka peluang untuk revolusi pendidikan yang lebih personal, adaptif, dan efisien. Dengan terus mengembangkan teknologi dan menghadapi tantangan yang ada, pemanfaatan AI akan menjadi lebih optimal dalam menciptakan masa depan pembelajaran yang lebih cerdas.

Sementara itu, praktisi ketiga adalah Fajar Eri Dianto, Ketua Umum Relawan TIK Indonesia. Ia menyampaikan materi berjudul “Netiket Pemanfaatan Metaverse” dan menjelaskan bahwa netiket adalah tata krama dalam berinteraksi melalui teknologi. Ia menekankan bahwa bangsa Indonesia harus mencerminkan nilai budaya luhur dalam setiap interaksi digital.

“Perilaku netizen mencerminkan harga diri individu, dan juga citra bangsa di mata dunia. Ini adalah cara untuk memperlihatkan tata krama dan nilai budaya Indonesia kepada netizen internasional, serta mempertahankan martabat bangsa di kancah global. Oleh karena itu, netizen harus menyadari bahwa ketika berinteraksi secara digital, tidak hanya berkomunikasi secara elektronik, tetapi juga membawa identitas dan budaya,” tegas Fajar.