SOLO – Sebanyak 100 pelaku UMKM di Solo dan sekitarnya menjadi investor baru di Pasar Modal Indonesia. Pembukaan rekening saham di kalangan UMKM ini salah satu upaya Bursa Efek Indonesia (BEI) Jateng 2 memberikan pemahaman konsep dasar investasi lengkap dengan risikonya kepada para pelaku usaha agar melek saham dan mampu membedakan investasi legal dan ilegal.
"Pengenalan investasi di pasar modal ini juga dibarengi dengan bagaimana nantinya mengatur keuangan dari hasil usahanya. Modal tetap diputar, keuntungan bisa disisihkan sebagian untuk investasi, Sehingga terhindar dengan inflasi," ujar Kepala BEI Jateng 2 M. Wira Adibrata kepada Jawa Pos Radar Solo belum lama ini.
Menurutnya, upaya untuk menyebarkan informasi soal investasi yang benar ke berbagai kalangan wajib terus digencarkan. Termasuk kepada para pelaku UMKM. Sebab mereka secara umum sudah paham soal pengelolaan keuangan. Namun tidak sedikit dari mereka yang masih terkecoh dengan iming-iming investasi bodong yang menggiurkan.
“Nah, ini yang harus terus disampaikan ke masyarakat. Terutama para pelaku UMKM agar mereka mengerti mana investasi ilegal yang harus dihindari dan investasi legal yang harus diseriusi," jelasnya.
Wira menambahkan pihaknya menggandeng Generasi Digitalisasi Indonesia (Gradasi) Kota Surakarta mendirikan Galeri Investasi Digital untuk mengedukasi UMKM di Solo dan sekitarnya. Targetnya, ada 1.000 pembukaan rekening saham pelaku usaha UMKM. Optimistis target ini akan tercapai sepanjang 2022.
“Antusiasme teman-teman pelaku UMKM sangat tinggi untuk belajar investasi saham. Sudah banyak yang ingin belajar namun tidak tahu cara memulainya. Kegiatan edukasi perlu dilakukan agar pelaku usaha juga memiliki wawasan yang luas. Termasuk bisa melihat peluang yang baik di pasar modal," ungkap Ketua DPC Gradasi Kota Surakarta Joko Purwono.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Solo Eko Yunianto mendukung penuh kegiatan edukasi kepada UMKM terkait pasar modal. Sebab pemahaman masyarakat secara luas akan investasi yang benar masih sangat minim, sehingga akan memudahkan tertipu investasi bodong. Dengan pemahaman yang baik, bisa membentengi masuknya penipuan berkedok investasi bodong.
“Ini sudah banyak sekali terjadi bahkan di Kota Solo. Apalagi tingkat literasi masyarakat terhadap pasar modal masih berada di level 5 persen. Angka ini sangat rendah dibandingkan dengan literasi industri keuangan lainnya yang rata-rata mencapai 38 persen," pungkasnya. (aya/wa/dam)